Rochadi Arif Purnawan

Lahir di Banyumas, 1965. Setamat SMA, melanjutkan kuliah di IKIP Jakarta. Pendidikan S2 di selesaikan di Universitas Indonesia, program studi Ilmu Biologi Medis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Karena Aisyah bukan Anak Jakarta (1), tantangangurusiana-63

Karena Aisyah bukan Anak Jakarta (1), tantangangurusiana-63

Anak itu bernama Aisyah, dia dipanggil wakil kepala sekolah bidang kesiswaan karena berdasarkan laporan sering tidak masuk sekolah. Perawakannya yang mungil berjilbab, tidak mengisyaratkan bahwa dia anak yang nakal dan malas. Saya tidak mengajar dia, tapi belakangan saya tahu informasi bahwa dia ranking 3 di kelas X-MIPA2.

Karena meja Wakasek bidang kesiswaan berdekatan dengan meja saya, sehingga saya dapat mendengarkan semua pembicaraan mereka. Menangani siswa bermasalah adalah pekerjaan saya sebelumnya, hampir setiap hari memanggil siswa bermasalah. Namun kali ini saya hanya mendengarkan pembicaraan mereka tanpa ikut bicara kalau tidak diminta. Berikut adalah kondisi Aisyah berdasakan informasi yang digali oleh Wakasek kesiswaan.

Aisyah adalah peserta didik di sekolah kami yang berasal dari luar kota, yaitu dari Jepara Jawa Tengah. Di Jakarta dia tinggal di rumah kontrakan bersama kakak laki-lakinya, yang sudah berkeluargan dan berprofesi sebagai guru di sekolah swasta. Ibunya sudah meninggal sejak dia kelas lima Sekolah Dasar, sedang ayahnya tidak jelas keberadaannya. Selain kakak laki-laki dia juga punya kakak perempuan yang tinggal di Tangerang. Itulah sebabnya dia memilih tinggal dengan kakak laki-lakinya. Kalau dia tidak masuk sekolah bukan karena malas, melainkan tidak punya ongkos untuk naik angkot. Pernah terbersit dalam pikirannya untuk mengakkhiri hidupnya dengan bunuh diri. Proses penyelesaian selanjutnya saya tidak mengikuti, karena saya lebih konsentrasi ke bagian sarana prasarana sekolah sesuai tanggung jawab saya.

Dua hari setelah pemanggilan Aisyah oleh wakil kesiswaan, saya hendak ke ruang tata usaha. Saya jalan melewati depan ruang kepala sekolah yang kebetulan pintunya terbuka, dan terdengar ibu Kepala Sekolah memanggil saya. “ya bu” jawab saya sembari menghampiri masuk ke ruangannya. Di situ sudah ada teman guru Pak Amir, wakil kesiswaan dan seorang peserta didik yaitu Aisyah. Mereka sedang berdiskusi mencari solusi menangani kasusnya Aisyah, terutama berkaitan dengan kelangsungan sekolahnya. “Pak, ini Aisyah kelas X-MIPA2, anaknya pintar, ranking 3 di kelas. Tapi belakangan sering tidak masuk karena tidak punya ongkos. Bagaimana menurut bapak” Tanya kepala sekolah kepada saya.

“Masuk daftar penerima bantuan KJP atau tidak bu”, Tanya saya ingin tahu. “Tidak pak, karena KK nya Jepara. Kakaknya yang diikuti juga masih ber KTP Jepara” jelasnya. Wah, kasihan juga pikir saya. Justru anak seperti ini yang mestinya disubsidi, selain tidak mampu secara ekonomi, dia juga pintar dan berkelakuan baik. Spontan ada rasa ingin tahu saya tanyakan kepada Aisyah, “Berapa ongkos kamu sehari”. “Kalau naik angkot, pulang pergi Rp. 7.000, pak” jawabnya. “Sekolah kan seharian, terus untuk jajan berapa” Tanya saya ingin tahu. “Yang sering dari rumah bawa nasi, tapi kalau kakak tidak sempat masak biasanya beli makan di kantin sekitar Rp 10.000,” katanya memelas.

Jadi kalau tidak bawa nasi ongkosnya cukup Rp. 17.000. Untuk standar hidup di Jakarta tidak terlalu besar. Namun kalau pas tidak ada, sekecil apa pun ya tidak ada. Mendengar kondisi seperti ini, hati saya trenyuh. Maka saya sampaikan kepada ibu kepala sekolah, saya akan bantu Rp. 500.000, setiap bulan untuk transport. Rupanya pernyataan saya cukup ampuh dan menimbulkan empati bagi teman saya. “Kalau begitu saya subsidi untuk uang jajannya ya” kata pak Amir.

Akhirnya tercapailah solusi, untuk membantu kelansungan sekolah Aisya. Tanpa disadari air mata Aisyah meleleh di pipi. Saya tidak tahu apa yag dirasakan oleh Aisyah, mungkin dia sedih atau bahagia dan terharu. Lalu ibu kepala sekolah menimpali, “Ok Aisyah, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, Aisyah tetap bisa sekolah. Aisyah harus sukses. Sekarang Aisyah mau menyampaikan apa kepada bapak guru”

Dengan suara terbata dan air mata yang terus mengalir, “Terima kasih pak Arif dan pak Amir” hanya itu kalimat yang mampu diucapkan. Saya yakin, banyak yang ingin disampaikan oleh Aisyah namun tidak terucap. Menyaksikan hal itu, dadak saya terasa sesak karena terharu. Atas kesepakatan bersama, maka uang itu dipegang oleh ibu kepala sekolah dan akan diberikan kepada Aisyah mingguan. Setiap minggu Aisyah akan disubsidi Rp 125.000, untuk transport plus uang jajan dari teman saya. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemborosan, dikhawatirkan dengan memegang uang dalam jumlah banyak, pemakaiannya tidak terkendali.

Setelah tercapai kesepakatan, ibu kepala sekolah menanyakan apa cita-cita Asiyah. Dengan malu-malu Aisyah menjawab ingin menjadi dokter specialis bedah. Ketika ditanya mengapa memilih menjadi dokter specialis bedah, Aisyah meriwayatkan sakit ibunya. Tapi Aisyah tidak bisa menjelaskan secara medis, apa sakit ibunya.

Terima kasih ya Allah,.. engkau telah menyiapkan ladang untuk menyemai bibit-bibit kebaikan dan amal sholeh bagi kami.

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah ...kisah bikin baper..Mudah-mudahan Aisyah cemerlang masa depannya.Aamiin

07 Jun
Balas

Di tg kisah selanjutnya ..pak kepsek

07 Jun
Balas

Baarakallahu lak, Pak Arif.

07 Jun
Balas

Subhanallah...barakalah ...mulia sekali hati guru2 Aisyah ..Keren n mantul...sy jd mewek sendiri

07 Jun
Balas

tks bunda...selalu suport

07 Jun

Alhamdulillah pak..itu nikmat Allah, karena balasan pahala... mantap pak

07 Jun
Balas

Seru kisahnya. Ditunggu kelanjutannya mas

07 Jun
Balas



search

New Post